oleh: admin pada: 31/01/2025 06:47

Memahami Takdir dengan Benar

Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun iman, yang terakhir adalah beriman kepada takdir Allah, baik takdir yang baik maupun yang buruk. Salah memahami takdir dapat berakibat fatal, bahkan membatalkan keimanan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap muslim untuk memahami konsep takdir dengan benar.

Antara Qodho’ dan Qodar

Dalam pembahasan takdir, kita sering mendengar istilah qodho’ dan qodar. Kedua istilah ini memiliki makna yang sama jika disebut secara terpisah, tetapi memiliki makna yang berbeda ketika disebutkan bersamaan.

  • Qodho’ merujuk pada ketetapan Allah yang telah ditetapkan pada makhluk-Nya, baik berupa penciptaan, peniadaan, atau perubahan terhadap sesuatu.
  • Qodar merujuk pada ketetapan Allah yang telah ditentukan sejak zaman azali (sebelum penciptaan alam semesta).

Dengan demikian, qodar ada lebih dahulu, kemudian diikuti oleh qodho’.

Empat Prinsip Keimanan kepada Takdir

Keimanan terhadap takdir harus mencakup empat prinsip:

  1. Mengimani Ilmu Allah: Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang kecil maupun besar, yang nyata maupun tersembunyi, baik perbuatan-Nya maupun perbuatan makhluk-Nya. Semuanya terjadi dalam pengetahuan Allah.
  2. Mengimani Penulisan Takdir: Allah telah menulis semua takdir dalam Lauhul Mahfuzh, catatan takdir yang mencakup segala sesuatu hingga hari kiamat.
  3. Mengimani Kehendak Allah: Segala sesuatu yang terjadi atau tidak terjadi, baik besar maupun kecil, terjadi atas kehendak Allah.
  4. Mengimani Penciptaan Allah: Allah menciptakan segala sesuatu, termasuk perbuatan dan perkataan makhluk-Nya.

Antara Kehendak Makhluk dan Kehendak Allah

Beriman kepada takdir tidak berarti meniadakan kehendak dan kemampuan manusia. Manusia memiliki kehendak untuk melakukan sesuatu, tetapi kehendak tersebut tetap berada dalam kehendak Allah. Allah berfirman:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَٰكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

“Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir: 29)

Macam-Macam Takdir

Takdir dapat dibagi menjadi beberapa jenis:

  1. Takdir Azali: Ketetapan Allah sebelum penciptaan langit dan bumi.
  2. Takdir Kitaabah: Pencatatan takdir ketika manusia diambil perjanjian oleh Allah.
  3. Takdir ‘Umri: Ketetapan Allah ketika penciptaan nutfah (sperma) di dalam rahim.
  4. Takdir Hauli: Ketetapan Allah pada malam Lailatul Qadar untuk satu tahun ke depan.
  5. Takdir Yaumi: Ketetapan Allah yang terjadi pada waktu yang telah ditentukan.

Sikap Pertengahan dalam Memahami Takdir

Ahlus Sunnah bersikap pertengahan dalam memahami takdir, tidak seperti kelompok Qodariyah yang mengingkari takdir, atau Jabariyah yang berlebihan dalam menetapkan takdir hingga menafikan kehendak manusia. Ahlus Sunnah meyakini bahwa takdir telah ditetapkan oleh Allah, tetapi manusia tetap memiliki kehendak dan kemampuan untuk berbuat.

Takdir Baik dan Takdir Buruk

Takdir bisa disifati sebagai baik atau buruk. Namun, keburukan yang dimaksud adalah dari sisi hasil atau dampak yang ditimbulkan, bukan dari sisi perbuatan Allah. Semua perbuatan Allah mengandung hikmah dan kebaikan, meskipun terkadang hasilnya terasa buruk bagi manusia.

Bersemangatlah, Jangan Hanya Bersandar pada Takdir

Meskipun kita beriman kepada takdir, kita tetap diperintahkan untuk berusaha dan mengambil sebab. Nabi Muhammad SAW bersabda:

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” (HR. Muslim)

Faedah Penting dari Keimanan kepada Takdir

  1. Hanya Bersandar kepada Allah: Ketika melakukan usaha, kita harus bersandar kepada Allah, bukan kepada sebab itu sendiri.
  2. Tidak Sombong: Ketika berhasil, kita tidak boleh sombong karena keberhasilan itu adalah nikmat dari Allah.
  3. Ketenangan Hati: Kita akan tenang menghadapi takdir, baik yang menyenangkan maupun yang tidak, karena semuanya telah ditetapkan oleh Allah.

Kesimpulan

Memahami takdir dengan benar adalah bagian penting dari keimanan seorang muslim. Dengan memahami takdir, kita akan lebih tenang dalam menghadapi kehidupan, tidak sombong saat berhasil, dan tidak putus asa saat menghadapi cobaan. Semoga penjelasan ini bermanfaat bagi kita semua.

Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumbermuslim.or.id
Penulis: Abu ‘Athifah Adika Mianoki
Muroja’ah: M. A. Tuasikal